Rabu, 24 November 2010

new zealand miners

TEMPO Interaktif, Greymouth - Upaya menyelamatkan 29 penambang yang terjebak dalam sebuah tambang batu bara di Selandia Baru menghadapi penundaan yang menyiksa, kemarin, bersamaan dengan pengeboran sebuah sumur baru oleh pihak berwenang untuk menguji kualitas udara karena gas-gas beracun membuatnya sangat berbahaya untuk tim penyelamat.

Belum ada kontak dengan para penambang sejak sebuah ledakan meniup tambang yang berada di Pantai Barat Pulau Selatan Selandia Baru pada Jumat siang lalu. Para pejabat menyebutkan mereka tak bisa masuk tambang sampai kualitas udaranya membaik.

Tes udara tengah dilakukan secara rutin, dan sumur yang baru memungkinkan para petugas melakukan tes lagi, tapi pengeboran butuh waktu setidaknya 24 jam. Secara alamiah, gas metana-lah yang diduga menyebabkan ledakan. Tingkat tinggi gas telah terdeteksi di dekat lubang-lubang ventilasi tambang, tapi tim-tim penyelamat butuh tahu tingkat gas sepanjang tambang sebelum akhirnya masuk. “Ini bukanlah kasus yang sederhana dan bisa diatasi dengan memakai masker dan berlari ke dalam. Risikonya besar,” ucap Komandan Polisi Distrik, Gary Knowles.

Knowles membantah saran bahwa operasi bergerak pelan karena mereka tidak mengharapkan menemukan ada yang masih hidup. “Ini masih merupakan operasi pencarian dan penyelamatan, fokusnya adalah pada penyelamatan, kami masih berpikir positif bahwa kami akan bisa memfasilitasi suatu penyelamatan,” dia menambahkan. Menurut Kepala Eksekutif Tambang Pike River, Peter Whittall, pengujian menunjukkan adanya sebuah sumber panas yang menghasilkan gas, mungkin api atau pembakaran batu bara.

Sementara itu, di Cina, sebuah banjir bawah tanah kemarin menjebak 28 penambang di Cina barat daya. Demikian disebutkan kantor berita Cina, Xinhua, dalam kecelakaan terbaru yang melibatkan tambang batu bara negeri itu. Sebanyak 13 dari 41 penambang mampu melarikan diri ketika sebuah jalur pada Tambang Batu Bara Bastian di Weidman digenangi air.
sumber : http://www.tempointeraktif.com/hg/australia/2010/11/22/brk,20101122-293304,id.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar