Jumat, 30 April 2010

Adil Saja Tidak Cukup

Untuk apa anda bekerja? Itu pertanyaan yang terkadang sulit untuk dijawab, karena banyak faktor yang menyebabkan orang untuk meredefinisi dan mencari argumentasi setiap jawaban yang bakal keluar dari mulutnya, atau setidaknya hinggap dibenaknya. Banyak hal yang melatarbelakangi niat seseorang dalam bekerja, jika mengikuti teori Maslow, mulai dari kebutuhan terendah seperti makan (dan kebutuhan fisiologis lainnya), status sosial sampai kebutuhan untuk aktualisasi diri. Dan seringkali jawaban-jawaban yang keluar atas pertanyaan tadi, adalah realita yang melatarbelakangi kualitas pekerjaan seseorang.

Orang yang bekerja sekedar untuk mencari makan (baca: uang) akan selalu berorientasi pada seberapa banyak yang bisa didapat dan seberapa banyak pula tenaga dan pikiran yang harus diberikan. Jika sedikit bayarannya, maka sedikit pula yang dilakukan. Hal ini menjadi wajar karena tidak sedikit pula perusahaan yang mengukur prestasi dan menilai kinerja karyawannya dengan materi, sehingga secara tidak langsung membudayakan kerja berdasarkan materi. Namun satu hal yang patut direnungkan oleh setiap perusahaan, ini akibat dari bentuk kapitalisme yang membudaya, bahwa kepada yang membayar lebih tinggi, kepada merekalah seseorang akan memberikan loyalitasnya. Dan ini mesti menjadi pelajaran kenapa banyak orang kemudian beralih dan menggeser tempat duduknya dari satu gedung ke gedung lainnya.

Oleh karenanya, prinsip the right man on the right place saja tidak cukup, mesti ditambah in the right time. Seseorang yang profesional akan merasa bukan waktunya lagi berada di tempat yang meski tepat, tetapi ruang dan kesempatannya untuk mengaktualisasikan dirinya semakin sempit. Bisa jadi ia masih dibutuhkan ditempatnya bekerja karena mungkin sangat jarang menemukan SDM bermutu sepertinya, tetapi jika kemudian ia merasa mendapatkan kesempatan dan ruang baru baginya untuk lebih banyak berbuat, itulah yang dicarinya. Dan biasanya, jika sudah demikian, orang-orang seperti ini tidak akan pernah menyia-nyiakan kesempatan emas yang datang. Baginya, kesempatan seringkali tidak datang dua kali.

Lain halnya dengan orang-orang yang bekerja berlatarbelakang materi, jika tak sesuai materi yang didapat, maka pilihannya cuma dua, keluar dari perusahaan atau bekerja dibawah standard. Kalaupun akhirnya dia pindah dan mendapat pekerjaan baru, jika tak merubah cara pandangnya terhadap pekerjaan yang juga merupakan amanah, maka tak heran jika di tengah jalan, orang-orang seperti ini akan melemah kembali, dan bekerja pun kembali seusai dengan typenya, tergantung bayaran.

Orang yang bekerja dibawah standard dari yang seharusnya dikerjakan, padahal ia digaji dengan standard yang sudah disesuaikan dengan apa yang menjadi kewajibannya, adalah orang yang zhalim. Dan semestinya, seorang mukmin tidak memiliki mental dan karakter demikian. Bahkan adil saja tidak cukup. Orang yang bekerja sesuai dengan standard dan memenuhi semua kewajibannya, adalah orang yang bersikap adil. Dan ia tidak berdosa dengan keadilan yang sudah dipenuhinya. Namun saat ini, ada trend baru orang-orang dalam bekerja, yakni bekerja lebih dari waktu, standard dan kewajiban yang semestinya dilakukan. Yang demikian, sungguh telah berbuat Ihsan.

Aktualisasi diri, tingkatan tertinggi kebutuhan hidup manusia menurut Maslow, dalam kamus Islam adalah Ihsan. Tak mempedulikan berapa banyak ia dibayar, tetapi karena ia memandang pekerjaan sebagai satu bentuk dari ibadah dan penghambaan kepada Allah, maka seperti halnya ibadah-ibadah yang lain, maka dalam bekerja pun orientasinya tidak materi semata. Baginya pekerjaan adalah amanah dan ia mesti memelihara amanah tersebut sebaik-baiknya, bahkan meski untuk melakukan amanah tersebut, sedikit apresiasi yang didapatnya. Tidak ada kamus kecewa, karena baginya, selesai melaksanakan kewajibannya dan bahkan lebih baik dari target waktu dan standard semestinya adalah kepuasan tersendiri.

Kepada Rasulullah, Jibril pernah bertanya tentang Ihsan, dan Rasulullah mengatakan, “... Kamu beribadah kepada Allah seolah kamu melihat Allah, walaupun kamu tidak bisa melihat Allah, sesungguhnya Allah melihat kamu”. Orang-orang yang berbuat Ihsan, tidak mempedulikan atasannya melihat atau tidak pekerjaannya, karena ia teramat yakin dengan ketentuan Allah tentang balasan berbuat Ihsan. Jika bukan manusia yang memberikan apresiasi karena tak mengetahui pekerjaannya, Allah-lah yang akan memberikan penghargaan. Adakah yang lebih baik dari penghargaan Allah? Wallaahu ‘a’lam bishshowaab. (Bayu Gaw)



sumber : eramuslim

Ada Apa Dengan Kita?

Saudaraku, saat mobil mewah dan mulus yang kita miliki tergores, goresannya bagai menyayat hati kita. Saat kita kehilangan handphone di tengah jalan, separuh tubuh ini seperti hilang bersama barang kebanggaan kita tersebut. Saat orang mengambil secara paksa uang kita, seolah terampas semua harapan.

Tetapi saudaraku, tak sedikitpun keresahan dalam hati saat kita melakukan perbuatan yang melanggar perintah Allah, kita masih merasa tenang meski terlalu sering melalaikan sholat, kita masih berdiri tegak dan sombong meski tak sedikitpun infak dan shodaqoh tersisihkan dari harta kita, meski disekeliling kita anak-anak yatim menangis menahan lapar. Saudaraku, ada apa dengan kita?

Saudaraku, kata-kata kotor dan dampratan seketika keluar tatkala sebuah mobil yang melaju kencang menciprati pakaian bersih kita. Enggan dan malu kita menggunakan pakaian yang terkena noda tinta meski setitik dan kita akan tanggalkan pakaian-pakaian yang robek, bolong dan menggantinya dengan yang baru.

Tetapi saudaraku, kita tak pernah ambil pusing dengan tumpukan dosa yang mengotori tubuh ini, kita tak pernah merasa malu berjalan meski wajah kita penuh noda kenistaan, kita pun tak pernah tahu bahwa titik-titik hitam terus menyerang hati ini hingga saatnya hati kita begitu pekat, dan kitapun tak pernah mencoba memperbaharuinya. Saudaraku, ada apa dengan kita?

Saudaraku, kita merasa tidak dihormati saat teguran dan sapaan kita tidak didengarkan, hati ini begitu sakit jika orang lain mengindahkan panggilan kita, terkadang kita kecewa saat orang lain tidak mengenali kita meski kita seorang pejabat, pengusahan, kepala pemerintahan, tokoh masyarakat bahkan orang terpandang, kita sangat khawatir kalau-kalau orang membenci kita, dan berat rasanya saat orang-orang meninggalkan kita.

Tetapi juga saudaraku, tidak jarang kita abaikan nasihat orang, begitu sering kita tak mempedulikan panggilan adzan, tak bergetar hati ini saat lantunan ayat-ayat Allah terdengar ditelinga. Dengan segala kealpaan dan kekhilafan, kita tak pernah takut jika Allah Yang Maha Menguasai segalanya membenci kita dan memalingkan wajah-Nya, kita pun tak pernah mau tahu, Baginda Rasulullah mengenali kita atau tidak di Padang Masyhar nanti. Kita juga, tak peduli melihat diri ini jauh dari kumpulan orang-orang sholeh dan beriman.

Saudaraku, tanyakan dalam hati kita masing-masing, ada apa dengan kita? Wallahu a'lam bishshowaab. (Bayu Gautama)

sumber : eramuslim

Kamis, 29 April 2010

Hukuman Mati

Rabu malam, jam telah menunjukkan pukul 18.30 ketika saya merebahkan badan untuk melepas rasa penat dan letih setelah seharian bergelut dengan aktifitas kantor yang lumayan membuat pusing… seperti orang dahaga ketika kerongkongannya dilewati teggukan pertama air murni, begitu tinggi kepuasan yang di dapatnya..Seperti itulah yang saya rasakan ketika pertama kali merebahkan badan. Bayangkan bagaimana ketika otot leher yang kejang karena selama 12 jam mengamati monitor, bayangkan bagaimana bokong yang panas karena selama 12 jam duduk di kantor, bayangkan mata yang lelah karena selama 12 jam lebih banyak terfokus pada monitor…. bayangkan juga bagaimana perut yang belum terisi sejak siang….Semua itu menguap entah kemana-seperti embun terkena sinar matahari, berganti dengan suasana santai dan rileks…

Suara televisi yang sejak tadi menyiarkan acara “debat” menarik perhatian saya untuk mengikutinya. Debat malam itu bertemakan ”Pro Kontra Hukuman Mati Bagi Koruptor”. Sebuah tema yang menarik di tengah maraknya isu pemberantasan korupsi di negeri ini..Menampilkan dua orang tokoh yang selama ini sering muncul di layar kaca..masing-masing mewakili pihak pro hukuman mati dan yang kontra hukuman mati bagi para koruptor…

Sepintas memang tidak ada yang spesial dari tema acara debat tersebut, tapi yang menarik adalah pendapat dari tokoh-tokoh yang mewakili pihak yang kontra terhadap hukuman mati terhadap para koruptor tersebut….Mereka mengatakan bahwa tidak perlu adanya hukuman mati bagi para koruptor dengan argumen bahwa hal itu tidak akan menimbulkan efek jera dan belum ada landasan hukumnya serta melanggar HAM, sambil menggunakan analogi antara pencopet jalanan dengan koruptor… Aneh, karena mereka yang selama ini muncul di berbagai media menyuarakan pemberatasan korupsi setuntas-tuntasnya dan berpendapat bahwa korupsi itu merupakan kejahatan yang luar biasa sehingga di butuhkan upaya yang luar biasa dan juga untuk memberantasnya tentu dengan hukuman yang luar biasa juga….kok sekarang mereka malah tidak setuju dengan pemberlakuan hukuman mati bagi para koruptor..???

Dimana idealisme mereka tentang pemberantasan korupsi ketika mencuatnya isu cicak vs buaya…??? dimana idealisme mereka ketika mengerahkan ribuan massa untuk mendorong upaya pemberantas korupsi…??? Dimana idealisme mereka ketika mereka mengatakan bahwa perbuatan korupsi yang terjadi selama ini telah menyengsarakan rakyat, yang notabene merupakan hak asasi sebagai warga negara untuk mendapatkan kehidupan yang adil dan makmur…???

Jadi, memang benarlah kalau ada ungkapan bahwa Orang-orang yang selama ini mengagungkan idelisme,akan hilang idealismenya ketika berada dalam suatu sistem yang tidak ideal, IDEnya tenggelam semua di telan oleh tradisi sesat yang telah ada sebelumnya, hanya ALISnya yang naik-turun….

Hehehehehehehehehe…..

:D

Susah di Tebak

Siang tadi psi ku berkedip-kedip, menandakan ada pesan yang masuk. setelah saya buka, ternyata ada cerita yang dikirim oleh teman kantor yang menceritakan bagaimana susahnya menebak perasaan wanita…yang ngirim itu bukan laki-laki loh, tapi perempuan…mungkin dari cerita itu dia ingin mengesahkan kalau memang benar wanita itu susah di tebak keinginannya…

berikut isi pesannya…

[3:52:46] WANITA SUSAH DI TEBAK

Jika dikatakan cantik dikira menggoda, jika dibilang jelek di sangka menghina.

Bila dibilang lemah dia protes, bila dibilang perkasa dia nangis.

Maunya emansipasi, tapi disuruh benerin genteng, nolak (sambil ngomel “masa disamakan dengan cowok?”).
Maunya emansipasi, tapi disuruh berdiri di bis malah cemberut (sambil ngomel, “egois amat sih cowok ini tidak punya perasaan!”)

Jika di tanyakan siapa yang paling dibanggakan, kebanyakan bilang Ibunya, tapi kenapa yah lebih bangga jadi wanita karir, padahal ibunya adalah ibu rumah tangga.

Bila kesalahannya diingatkankan, mukanya merah..
Bila di ajari mukanya merah..
Bila di sanjung mukanya merah,
jika marah mukanya merah, kok sama semua?
Bingung
Ditanya ya atau tidak, jawabnya: diam,
ditanya tidak atau ya, jawabnya: diam,
ditanya ya atau ya, jawabnya: diam,
ditanya tidak atau tidak, jawabnya: diam,
ketika didiamkan malah marah (repot kita disuruh jadi dukun yang bisa nebak jawabannya).

Di bilang ceriwis marah,
dibilang berisik ngambek,
dibilang banyak mulut tersinggung,
tapi kalau dibilang S u p e l wadow seneng banget..
padahal sama saja maksudnya.
Dibilang gemuk, enggak senang padahal maksud kita sehat gitu lho,
dibilang kurus malah senang padahal maksud kita “kenapa loe jadi begini??!!!”

[3:55:47] :D

Menggugat

Akhir-akhir ini, media massa baik lokal maupun nasional tanah air menyuguhkan berita-berita yang sangat mengejutkan sekaligus memprihatinkan. Bagaimana tidak, sejumlah kasus mulai dari century, markus pajak, kerusuhan, tawuran antar warga, mafia hukum, bencana alam, penggelapan dana warga miskin, penyelewengan dana bantuan sosial, dan masih banyak lagi, silih berganti mengisi ruang dengar dan penglihatan kita. Hal ini membuat kita sebagai warga negara seolah tersadar bahwa ternyata masih banyak yang perlu di benahi dalam rumah tangga negara kita…

Belum hilang dari memori kita bagaimana hebohnya ketika kasus century terungkap ke publik…Tidak main-main 6,7 Triliun uang negara sekaligus uang rakyat di kuras hanya untuk menutupi kerugian sejumlah konglomerat bejat. Bagai jamur di musim hujan, sejumlah cerdik pandai bermunculan memberikan tanggapan dan komentarnya dengan latar belakang disiplin ilmunya masing-masing…sampai disini saya berpikir, kurang apa negara kita ini? Lihatlah, begitu banyaknya orang pintar di negara kita ini. Tidak sedikit dari mereka yang menyandang gelar profesor atau doktor dari universitas ternama di dunia… Tapi, toh semuanya tidak memberikan sumbangsih apa-apa bagi penyelesaian kasus tersebut. Apa para cendik pandai tersebut hanya numpang tenar aja dari kasus century?, biar sering di undang sebagai narasumber dalam berbagai forum diskusi atau memang hanya ingin menunjukkan eksistensi mereka, perkara bisa membantu penyelesaian masalah, itu menjadi urutan nomor sekian..Tidak jarang kita melihat di media, ada beberapa pakar yang berdebat mengenai suatu masalah, tapi lucunya, mereka tidak berdebat mengenai bagaimana masalah itu bisa di tuntaskan, justru mereka berdebat mempertahankan idealisme pribadi dari latar belakang disiplin ilmu mereka masing-masing.. Aneh kan..???

Dalam situasi seperti sekarang ini, rakyat tidak memerlukan para pakar yang bisanya hanya bicara tanpa ada sumbangsih nyata bagi penyelesaian masalah di republik tercinta ini. Rakyat memerlukan orang yang langsung terjun kelapangan untuk memperbaiki semua kebobrokan yang sudah terlanjur ada dan lestari di negeri ini. Rakyat memerlukan sosok seperti Susno Duaji, yang berani menantang institusinya sendiri demi mengungkap dan memberantas para ”Markus” yang selama ini telah banyak menyengsarakan kita…Tapi, lagi-lagi muncul keanehan. Orang yang berjuang untuk hal itu justru di tentang dan di jadikan musuh bersama.. Seharusnya orang yang berjuang untuk membenahi ketidakberesan tersebut layak untuk mendapat penghargaan dan apresiasi yang setinggi-tingginya…Tanpa orang seperti Susno, mungkin centeng-centeng markus seperti Gayus, Andi Kosasih, Haposan, Syahril Johan, Paulus dan masing banyak lainnya seperti kasus di Surabaya, akan semakin leluasa menikmati uang negara yang di peras dari keringat rakyat melalui media pajak…

Semoga semua yang terjadi beberapa waktu terakhir ini dapat menjadi bahan renungan bagi kita semua, terutama bagi para pejabat negara untuk membenahi semua aspek kehidupan bersama. Bukan berarti kita lepas tanggung jawab, sebagai warga negara kita berkewajiban untuk melakukan kontrol sosial terhadap semua sepak terjang para pejabat negara di daerah masing-masing, sehingga semua bisa berjalan pada jalur yang semestinya…Sehingga cita-cita mulai para pendiri bangsa yaitu menjadikan Indonesia sebagai negara yang adil dan makmur dapat terwujud….

Semoga tidak ada lagi bencana yang telah banyak menguras air mata negeri ini

Semoga tidak ada lagi pejabat yang mengkhianati rakyatnya

Semoga tidak ada lagi kerusuhan yang telah banyak menelan korban

Semoga tidak ada lagi pedagang kecil tergusur hanya untuk kepentingan para konglomerat

Semoga tidak ada lagi para siswa yang meratap karena tidak lulus UN…dan

Semoga tidak ada lagi tulisan seperti ini…..hehehehehehe

Karena negara sudah adil dan makmur dari Sabang sampai Merauke…..

Menemukan Kebahagiaan

Dalam menjalani kehidupan sahari-hari,tidak terlepas dari satu keinginan mulai yang tidak terbantahkan yaitu”menemukan kebahagiaan”. Berbagai upaya kita lakukan agar keinginan itu tercapai. Kita rela menghabiskan separuh waktu kita dengan bergelut dengan pekerjaan. Dimana terkadang kita mengalami hal-hal yang tidak mengenakkan,baik itu datangnya dari pekerjaan itu sendiri ataupun tekanan dari pihak managemen tempat kita bekerja. Tapi, tahukah kita kalau sebenarnya kebahagiaan itu datangnya dari dalam diri kita sendiri..

Mungkin sebuah cerita sederhana dibawah ini dapat menginspirasi kita agar dapat menemukan kebahagiaan itu sendiri…ehem…ehem….

Suatu ketika, terdapat seorang pemuda di tepian telaga. ia tampak termenung. Tatapan matanya kosong menatap hamparan air di depannya. seluruh penjuru mata angin telah di lewatinya, namun tak ada satupun titik yang membuatnya puas. Kekosongan makin makin senyap, sampai ada suara yang menyapanya. Ada orang lain di sana..”Sedang apa kau di sini anak muda?” tanya seseorang. Rupanya ada seorang kakek tua. “apa yang kau risaukan..?” anak muda itu menjawab,”aku lelah kakek. telah berkilo-kilo jarak yang kutempuh untuk mencari kebahagiaan, namun tak juga ku temukan rasa itu dalam diriku.

Aku telah berlari melewati gunung dan lembah, tapi tak ada tanda kebahagiaan yang hadir dalam diriku. Kemanakah aku harus mencarinya?”. Kakek tua itu duduk semakin dekat, mendengarkan dengan penuh perhatian. Dipandangnya wajah lelah di hadapannya. Lalu ia mulai bicara, ” Di depan sana, ada sebuah taman. Jika kamu ingin dapat jawaban dari pertanyaan mu, tangkaplah seekor kupu-kupu buatku. Mereka berpandangan “YA…tangkaplah seekor kupu-kupu dengan tanganmu” sang kakek mengulang kalimatnya lagi. Perlahan pemuda itu bangkit menuju satu arah, Taman.

Taman yang semarak dengan pohon dan bunga-bunga yang bermekaran. Tak heran, banyak kupu-kupu yang berterbangan di sana. Sang kakek, melihat dari kejauhan, memperhatikan tingkah yang di perbuat pemuda yang sedang gelisah itu. anak muda itu mulai bergerak. Dengan mengendap-endap, ditujunya seekor sasaran. Perlahan, namun Hup! sasaran itu luput. Dikerjarnya kupu-kupu itu ke arah lain. Ia tak mau kehilangan buruannya. Namun lagi-lagi Hap!!…Ia gagal

Ia mulai berlari tak beraturan. Diterjangnya sana-sini. Ditabraknya rerumputan dan tanaman untuk mendapatkan kupu itu.Gerakannya semakin liar, namun tidak ada satu pun yang dapat di tangkapnya. Sang pemuda itu mulai kelelahan, nafasnya memburu, dadanya bergerak naik turun dengan cepat..sampai akhirnya ada teriakan. “Hentikan dulu anak muda. Istrahatlah”. Tampak sang kakek yang berjalan perlahan. Tapi lihatlah, ada sekumpulan kupu-kupu berterbangan di sisi kanan-kiri kakek itu bahkan ada yang hinggap di tubuhnya

“Begitukah caramu mengejar kebahagiaan? Berlari dan menerjang?Menabrak tak tentu arah, menerobos tanpa peduli apa yang kau rusak?”. sang kakek menatap pemuda itu. “Nak, mencari kebahagiaan itu seperti menangkap kupu-kupu. Semakin kau terjang, semakin ia menghindar. Semakin kau kejar, semakin ia pergi dari dirimu”.

“Namun tangkaplah kupu-kupu itu dengan tenang. Karena kebahagiaan itu bukan benda yang dapat kau genggam. carilah kebahagiaan itu dalam dirimu. Telusuri rasa itu dalam kalbumu. ia tak akan lari kemana-mana. Bahkan, tanpa kau sadari kebahagiaan itu akan datang dengan sendirinya…

dari cerita diatas, kita belajar bahwa bahagia bukanlah sesuatu yang dapat di gengam. bahagia adalah udara, dan kebahagiaan adalah aroam dari udara itu. Kita belajar bahwa kebahagiaan itu memang ada dalam hati. Mari kita temukan kebahagiaan itu dalam setiap langkah yang kita lakukan

Dalam bekerja, belajar, menjalani kehidupan, sedih, gembira, sunyi dan riuh. Temukanlah kebahagiaan itu dengan perlahan dan tenang dalam ketulusan hati kita…Kebahagiaan ada di mana-mana. Rasa itu ada di sekitar kita. Bahkan mungkin “hinggap” di hati kita, namun kita tak pernah memperdulikannya. Mungkin juga, bahagia itu berterbangan di sekeliling kita, namun kita terlalu acuh untuk menikmatinya……

Diam

Sadar ato ga,saya mungkin termasuk orang yang cerewet…(benar ga..? Au ah)…saya paling senang mengomentari hal-hal yang lucu,walaupun kadang cenderung lebay…hehehehe

Tapi, saya sadar kalau banyak bicara/cerewet,bahkan mungkin usil…semua itu motivasinya hanya untuk becanda. Kalau ada teman-teman yang merasa tersinggung selama ini, melalui media ini aq minta maaf ya….

Iseng-iseng hari ini aq membaca beberapa artikel yang ada di Pc kerja. Ternyata saya menemukan sebuah artikel (ga tahu sumbernya dari mana) yang menjelaskan mengenai arti ‘Diam’..Tertarik dengan artikel itu, saya terdorong untuk berbagi dengan kalian semua…berikut artikel

Sesungguhnya diam itu sangat bermacam-macam penyebab dan dampaknya. Ada yang dengan diam jadi emas, tapi ada pula dengan diam malah menjadi masalah. Semuanya bergantung kepada niat, cara, situasi, juga kondisi pada diri dan lingkungannya. Berikut ini bisa kita lihat jenis-jenis diam:

a. Diam Bodoh
Yaitu diam karena memang tidak tahu apa yang harus dikatakan. Hal ini bisa karena kekurangan ilmu pengetahuan dan ketidakmengertiannya, atau kelemahan pemahaman dan alasan ketidakmampuan lainnya. Namun diam ini jauh lebih baik dan aman daripada memaksakan diri bicara sok tahu.

b. Diam Malas
Diam jenis merupakan keburukan, karena diam pada saat orang memerlukan perkataannya, dia enggan berbicara karena merasa sedang tidak mood, tidak berselera atau malas.

c. Diam Sombong
Ini pun termasuk diam negatif karena dia bersikap diam berdasarkan anggapan bahwa orang yang diajak bicara tidak selevel dengannya.

d. Diam Khianat
Ini diamnya orang jahat karena dia diam untuk mencelakakan orang lain. Diam pada saat dibutuhkan kesaksian yang menyelamatkan adalah diam yang keji.

e. Diam Marah
Diam seperti ini ada baiknya dan adapula buruknya, baiknya adalah jah lebih terpelihara dari perkataan keji yang akan lebih memperkeruh suasana. Namun, buruknya adalah dia berniat bukan untuk mencari solusi tapi untuk memperlihatkan kemurkaannya, sehingga boleh jadi diamnya ini juga menambah masalah.

f. Diam Utama (Diam Aktif)
Yang dimaksud diam keutamaan adalah bersikap diam hasil dari pemikiran dan perenungan niat yang membuahkan keyakinan bahwa engan bersikap menahan diri (diam) maka akan menjadi maslahat lebih besardibanding dengan berbicara.

2. Keutaam Diam Aktif

a. Hemat Masalah
Dengan memilih diam aktif, kita akan menghemat kata-kata yang berpeluang menimbulkan masalah.

b. Hemat dari Dosa
Dengan diam aktif maka peluang tergelincir kata menjadi dosapun menipis, terhindar dari kesalahan kata yang menimbulkan kemurkaan Allah.

c. Hati Selalu Terjaga dan Tenang
Dengan diam aktif berarti hati akan terjaga dari riya, ujub, takabbur atau aneka penyakit hati lainnya yang akan mengeraskan dan mematikan hati kita.

d. Lebih Bijak
Dengan diam aktif berarti kita menjadi pesdengar dan pemerhati yang baik, diharapkan dalam menghadapi sesuatu persoalan, pemahamannya jauh lebih mendaam sehingga pengambilan keputusan pun jauh lebih bijak dan arif.

e. Hikmah Akan Muncul
Yang tak kalah pentingnya, orang yang mampu menahan diri dengan diam aktif adalah bercahayanya qolbu, memberikan ide dan gagasan yang cemerlang, hikmah tuntunan dari Allah swtakan menyelimuti hati, lisan, serta sikap dan perilakunya.

f. Lebih Berwibawa
Tanpa disadari, sikap dan penampilan orang yang diam aktif akan menimbulkan wibawa tersendiri. Orang akan menjadi lebih segan untuk mempermainkan atau meremehkan.

Selain itu, diam aktif merupakan upaya menahan diri dari beberapa hal, seperti:

1. Diam dari perkataan dusta
2. Diamdari perkataan sia-sia
3. Diam dari komentar spontan dan celetukan
4. Diam dari kata yang berlebihan
5. Diam dari keluh kesah
6. Diam dari niat riya dan ujub
7. Diam dari kata yang menyakiti
8. Diam dari sok tahu dan sok pintar

Mudah-mudahan kita menjadi terbiasa berkata benar atau diam