Jumat, 21 Mei 2010

Rasa Sebuah Ketulusan

Seorang teman karib menghampiri meja kerja anda, dan memungut sebantang pensil yang patah. Pintanya ” Boleh aku pinjam ini?” Anda yang sibuk hanya menengok sekelebat dan berkata, ”Ambil saja”. Setelah itu anda lupa akan kejadian itu selamanya. Padahal bagi teman anda, pensil patah itu amat berharga demi pengerjaan tugasnya
Tahukah kita bagaimana ”rasa” sebuah ketulusan? Setiap dari kita pasti pernah memberikan sesuatu dengan setulus murni. Namun tidak banyak yang mampu memahaminya. Karena ketulusan bukanlah rasa yang tak terasa, sebagaimana anda menyilakan teman dekat anda mengambil pensil patah tadi. Tiada setitik pun keberatan. Tiada setitik pun permintaan terima kasih. Tiada setitik pun rasa berjasa. Semuanya lenyap dalam ketulusan. Sayangnya tidak mudah bagi kita untuk memandang dunia ini seperti pensil patah tadi. Sehingga selalu ada rasa keberatan atau berjasa saat kita saling berbagi. Sayangnya tidak mudah juga untuk bersibuk-sibuk pada keadaan diri sendiri, sehingga pensil patah pun tampak bagai pena emas...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar